Pada dasarnya hidup ini hanya sawang sinawang (saling melihat dan memperhatikan). Suatu waktu kita melihat orang lain sepertinya enak dan nyaman. Pergi ke kantor pakaian rapi, kendaraannya bagus, mempunyai posisi yang strategis, istri/suami yang cakep, anak-anak yang pintar dan sebagainya.
Dilain waktu kita mendengar teman seangkatan kita sudah jadi pemimpin di suatu perusahaan, atau sudah menjadi dosen, pembantu dekan bahkan menjadi anggota dewan atau jabatan lainnya. Melihat dan mendengar hal tersebut terkadang kita merasa betapa bodohnya aku. Mengapa aku masih begini saja, mengapa jabatanku masih rendah, mengapa istriku begini, mengapa anakku begitu dan masih banyak mengapa-mengapa lain yang muncul di benak ini. Terlebih lagi ketika disekitar kita ada orang yang secara stuktural dibawah kita namun mereka sudah bisa membeli rumah baru, kendaraan baru dan sebagainya maka prasangka buruk dan sinisme yang selalu tampil di depan.
Kecemburuan, rasa iri, dengki dan buruk sangka merupakan pelengkap diri yang senantiasa menyelimuti jiwa kita. Sifat buruk tersebut akan selalu muncul manakala kita tidak mampu menata diri untuk meraih prestasi-prestasi seperti yang telah diraih oleh orang lain. Terkadang kita melihat seseorang hanya dari sebelah mata yang tampaknya enak, kita tidak mau bahkan enggan untuk menengok sisi lainnya yang mungkin tidak enak dan banyak konflik seperti yang kita rasakan. "Selamat atas keberasilannya", atau "Kami turut prihatin dan bersedih atas musibah dan cobaan yang menimpa Anda" itulah lips sing yang sering kita dengar dan kita ucapkan manakala ada teman kita yang meraih prestasi atau mendapat musibah. Namun kalau kita mau jujur, pada dasarnya hati kita akan merasa sedih ketika melihat keberhasilan orang lain dan tertawa ketika orang lain terbentur masalah seperti usahanya bangkrut, di kantor terlibat polemik dengan atasan atau teman sejawatnya, terlibat kasus hukum, keluarga mengalami konflik dan sebagainya.
Terkadang kita lupa bahwa kehidupan ini berputar layaknya sebuah jentera. Suatu masa kita berada di atas, lain waktu kita berada disisi kanan atau kiri dan di waktu lain kita berada di bawah. Ketika usaha kita berkembang pesat atau ketika kita mendapat promosi jabatan, yang sering muncul adalah rasa bangga dan kesombongan. Seakan-akan kita ingin menunjukkan kepada semua orang "Iniloh Aku", atau "Kalau bukan Saya, orang lain pasti tidak bisa seperti ini". Untuk melengkapi kesombongan tersebut tidak jarang kita merubah gaya hidup dan penampilan. Kita hidup dalam selimut kamuflase yang semu.
Manakala usaha yang kita jalankan stagnan, atau karier kita sudah mentok, melebarkan sayap pun tak berhasil inilah posisi kita sedang berada disisi kanan atau kiri jentera kehidupan. Untuk dapat bertahan dan tetap eksis tidak ada kata lain, kita harus merubah gaya hidup dan berdiri dalam kehidupan yang realitis sebelum terjerembab dan akhirnya tergilas roda kehidupan.
Wahai diriku dan saudaraku sekalian, ingatlah bahwa hidup ini ada masanya (masa bersuka ria, masa berkarya, dan masa berduka cita).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar